Saat kunjungan saya ke beberapa pelanggan lama maupun calon
pelanggan baru seringkali topic pembicaraan
seputar bisnis yang lesuh dengan
kesimpulan akhir “ Daya beli rendah atau cenderung menuru “.
Daya beli menurun, benarkah?
Menurut Pakar dibidangnya Rhenal Kasali, seorang Guru
besar Universitas Indonesia memiliki
pandangan yang berbeda perihal kondisi perekonomian , terutama dalam tataran
mikro. Benarkah saat ini mulai mengindikasikan adanya pelemahan daya beli konsumen?
Rhenald justru meragukannya.
Menurutnya, yang terjadi sekarang adalah uang sedang berpindah (shifting) dari
kalangan menengah ke atas ke ekonomi rakyat. “Dan para elit sekarang sedang
sulit karena peran sebagai "middleman" mereka pudar akibat disruptive
innovation, lalu meneriakkan "daya beli turun,” ujarnya Jumat
Rhenald mengambil
tiga contoh untuk memperkuat pendapatnya.
Pertama, perusahaan
logistik JNE. Menurutnya jaringan logistik JNE kini market share nya sudah di
atas PT Pos dan semua perusahaan e-commerce menjalin kerja sama. Kondisi ini
memaksa JNE untuk meningkatkan pelayanan dimana dalam beberapa bulan terakhir
terus melakukan penambahan tenaga kerja sampai dengan 500 orang.
"Tak banyak orang yang
tahu bahwa konsumen dan pedagang beras di Kalimantan kini lebih banyk membeli
beras dan minyak goreng via Tokopedia dari Surabaya, Lombok, Makasar dan
lain-lain. Juga tak banyak yang tahu bahwa angkutan kargo udara dari Solo
naik pesat untuk pengiriman garmen dan barang-barang kerajinan. Juga dari
kota-kota lainnya. Artinya usaha kecil dan kerakyatan mulai diuntungkan,"
paparnya.
Kedua, retailer. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
(Aprindo) penjualan yang dicapai anggotanya pada semester 1 2017 ini turun 20%.
Kondisi ini mengikuti pola angkutan taksi yang sudah turun sekitar 30-40% pada
tahun lalu.
Apakah karena daya beli?
Bukan, penyebabnya adalah shifting ke
taxi online. Sama halnya retail dan hotel yang beralih dari konvensional ke
online. "Artinya bukan daya beli drop, bukan juga karena keinginan membeli
turun, melainkan terjadi shifting," jelasnya.
Tiga, produsen besar fast moving consumer goods (FMCG).
Rhenald menuturkan semua perusahaan pada sektor ini mengakui meraup kenaikan
omzet 30-40%. Mulai tepung terigu milik Bogasari sampai dengan produk
obat-obatan milik Kalbe Farma.
"Demand-nya masih naik
pesat. Tetapi produsen seperti Gulaku mengaku drop karena kebijakan harga eceran
tertinggi (HET) yang mulai dikontrol pemerintah," katanya.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan pengamatan
saya di lapangan ternyata ada yang merasa penjualan menurun sehingga memiliki pandangan
daya beli menurun dan di lain pihak ada juga yang mengalamai penjualan tetap
bahkan cenderung naik sehingga memiliki pandangan daya beli tetap kuat.
Kesimpulan :
Belajar dari Pebisnis Sukses yang memiliki
pandangan bahwa Penjualan yang tetap dan bahkan cenderung naik karena mereka
menerapkan dan mengembangkan strategi pemasaran offline dan online dengan porsi
terbesar dana di habiskan untuk pemasaran online melalui social media seperti
facebook, Whatsapp, instagram,google,websites dll dan juga memanfaatkan aplikasi mobil yang bisa di download
baik di jaringan android maupun ios.
Selanjutnya mengenai manfaat aplikasi mobile dan bagaimana cara kerjanya silahkan buka http://www.sanminglobe.com/search?q=aplikasi+mobile
Catatan : Saat ini aplikasi mobile bisa Anda
dapatkan dengan biaya ekonomis mulai dari kisaran terendah hingga menengah 3.5
jt-50 jt.
Salam Semangat Pagi dan tetap optimis..
Michael
Levelux SD 50 1 made in Enagic Corp, Japan the
best water machine in the world..
Apakah air yang Anda minum sudah memenuhi unsur Miracle Water? Silahkan buka http://www.enagic-thang.com/2013/10/air-layak-minum-vs-air-layak-minum-sehat_6.html